Jika ada yang bertanya buku pengembangan diri same as ever tentang apa, saya pun agak bingung menjelaskannya. Sebab, menurut saya buku ini tidak berbicara satu bidang, bukan buku yang berbicara tentang ekonomi secara mendetil ataupun buku kesehatan, matematika, luar angkasa yang pembahasannya rinci, dan bukan bidang lainnya. Jika dibahasa indonesiakan, kurang lebih Same As Ever berarti sama seperti sebelumnya, hidup ya gini-gini aja.
Menurut pandangan saya, Same as ever lebih condong pada buku pengembangan diri, walau di dalamnya ada berbagai aspek yang dibahas, tapi bukan pembahasan yang mendetil yang harus dikuasai oleh seorang pakar di bidang tertentu atau seseorang yang sedang mempelajari keilmuan di bidang tertentu. Bahasa sederhananya, penulis buku ini mengajak pembaca untuk merenungkan segala sesuatu yang pernah terjadi di dunia ini, yang mungkin tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Tapi, setelah kita memikirkannya, barangkali akan memberi respon: “Bener juga ya. Kenapa nggak pernah kepikiran sebelumnya?” Karena, memang begitulah adanya.
Misalnya, penulis bercerita bahwa resiko adalah sesuatu yang tidak pernah kita lihat. Contoh kasus, pada kejadian Covid-19, bahwa sebelumnya pernah ada yang memprediksi akan terjadi wabah yang menyerang saluran pernapasan pada tahun 2019, tetapi saat itu orang-orang tak begitu memperhatikan. Sehingga, resiko yang terjadi adalah perekonomian runtuh, banyak orang meninggal akibat covid, banyak karyawan yang di rumahkan dan sebagainya.
Namun, jika saja saat itu orang-orang lebih memperhatikan peringatan tersebut dan membuat persiapan-persiapan atau pencegahan, maka resiko itu tidak akan ada, jika pun ada maka akan lebih terminimalisir.
Pernah dengar kan, konsumen adalah raja? Nah, ini kurang lebih mirip, yaitu pada halaman 56, chapter “Best Story Wins” penulis menyiratkan bahwa komunikasi yang baik adalah raja. Maksudnya, orang super pinter di segala penjuru dunia yang mencoba menjelaskan sesuatu yang sudah teruji kebenarannya, akan kalah oleh orang biasa yang berbicara dengan narasi yang menarik.
Itulah juga sebabnya, salah satu kunci keberhasilan perusahaan besar ada di tangan marketing yang mampu menarasikan produk perusahaan dengan menarik. Ada juga bab yang menyebutkan stress dan keputusaasaan adalah ibu dari inovasi. Orang Indonesia mengistilahkannya dengan “ilmu kepepet.” Bukankah hal ini relate dengan kehidupan kita sehari-hari?
Turunkan ekspektasi anda, jangan mencoba membuat orang lain terkesan, juga disebutkan penulis sebagai kunci mencari kebahagiaan.
“It takes twenty years to build a reputation and five minutes to destroy one”, hal 109 bahwa untuk membangun reputasi lebih memakan waktu dan untuk menjatuhkannya hanya butuh waktu sekejap mata. Masih banyak lagi kutipan-kutipan atau penyataan yang bisa membuat pembaca menyerukan, “Bener juga ya” yang tidak bisa saya sebutkan satu-satu di sini karena ada begitu banyak.
Jadi, buku ini lebih kepada buku yang mengajarkan kebijaksanaan, motivasi hidup yang narasinya seolah mengajak pembaca untuk berpikir dan mencari tahu jawabannya sendiri. Kelebihan buku same as ever:
- Dipaparkan dengan sejumlah kisah dari peristiwa nyata yang pernah terjadi.
- Pemaparan dilengkapi dengan statistik. Supaya kamu tak penasaran, yuk beli bukunya di bukalapak atau inbox saya di fb toko buku bestseller atau ig tokobuku_sharot