bekerja atau jadi ibu rumah tangga 4

Bekerja atau jadi ibu rumah tangga? Adalah pertanyaan yang pernah muncul dalam benak saat mengawali kehidupan berumah tangga dengannya. Dahulu ketika saya masih kuliah, saya sangat ingin cepat lulus kuliah. Rasanya ketika itu, kuliah menjadi beban yang berat. Bukan karena saya tak suka jurusan yang saya ambil. No! Bukan tentang itu. Ini tentang kehidupan perekonomian keluarga kami yang jauh dari standar cukup. Ayah saya pernah bekerja di BUMN,tapi kami kesulitan secara finansial. Mungkin orang tak akan percaya jika mereka melihat dari sudut pandang pekerjaan ayah saya. Tapi ah…lupakan soal itu. Sebab bukan itu inti dari tulisan saya kali ini.

Saya bercita-cita cepat dapat kerja setelah lulus kuliah untuk membantu perekonomian keluarga. Jika ada yang bertanya kok bisa anak dari keluarga tak mampu kuliah? Saya kuliah mengandalkan uang beasiswa dari Daruttauhid, jualan yoghurt, jualan kue basah yang kemudian dititipkan di kantin kampus, kantin sekolah, serta warung tegal. Jarak tempuh rumah dan kampus saya kurang dua jam jika berjalan kaki dan saya melakukannya setiap hari demi menghemat uang. 

Ibu rumah tangga bekerja 24 jam!

bekerja atau jadi ibu rumah tangga?

Setelah lulus, saya menikah dan jobless. Lalu buat apa saya kuliah jika pada akhirnya tidak bekerja? Itu yang pernah terbersit di benak saya. Bukan tak ingin kerja dan bukan tak ada peluang. Namun, pekerjaan rumah tangga seorang diri, mengurus anak dan suami bukan hal mudah. Apalagi ketika awal berumah tangga, ini sungguh sangat sulit.Saya kira…jiwa dan raga saya ketika itu kaget. Biasanya saya mengurus diri sendiri, kemana-mana sendiri, kini semua berbeda. Saya tak lagi bisa melakukan semuanya “semau gue” karena setiap detil tindakan saya akan berdampak pada suami dan anak-anak. Dan sekarang setelah beberapa tahun berlalu semua tetap sama. Saya mulai menyadari, pekerjaan ibu rumah tangga tak ada batasnya. Dimulai dari awal dia bangun tidur hingga dia hendak tidur kembali saat malam tiba. Sehingga, wajarlah jika saya atau barangkali ibu-ibu yang lainnya kesulitan membagi waktu antara mengurus keluarga dan mengurus kebutuhan sendiri. Apalagi sambil bekerja. 

Bekerja atau jadi ibu rumah tangga? Pilih mana?

Banyak wanita lain yang mengalami dilema ini, dan memilih jalan menyerahkan anaknya pada orangtua, pembantu, daycare, dan sebagainya. Tetapi bagi orang seperti saya yang menjunjung idealisme akan beda hasilnya ketika anak dididik langsung oleh ibunya dan dididik oleh neneknya, daycare, serta lainnya. Pendidikan ibu lebih tertarget, lebih sempurna jika memang si ibu itu memiliki idealisme. Seorang nenek yang sudah tua, tentu tubuhnya sudah lelah jika harus menanamkan idealisme. Sehingga, cenderung memanjakan sebab prinsipnya yang penting cucunya tak rewel. Apalagi pembantu! 

Sehingga saya berani mengorbankan cita-cita demi keluarga yang masih seumur jagung ini. Sebagai jalan tengah, saya sering memikirkan pekerjaan yang dapat saya lakukan dari rumah sambil mengurus keluarga. Saya sudah coba di penerbitan sebagai penerjemah. Saya bekerja secara online, yaitu selesai menerjemahkan buku, hasil terjemahan dikirim via email. Namun, tetap saja perusahaan mengejar deadline. Alhasil saya sering telat deadline karena menerjemahkan sambil mengurus rumah tangga. Mencuci baju, cuci piring, masak, merapikan rumah, setrika, mengasuh 2 anak dan suami semua saya lakukan sendiri tanpa pembantu dan tanpa bantuan keluarga lainnya.

Seiring waktu, hati saya mulai berontak. Saya merasa ini tidak benar. Saya harus memilih salah satu dan mengorbankan yang lainnya. Pada akhirnya saya memilih keluarga karena perusahaan bisa mendapat pengganti saya yang lebih baik. Anak-anak saya? Tidak ada yang bisa menggantikan posisi seorang ibu. Saya baru menyadari kodrat saya sebagai wanita yang tak akan jauh dari pekerjaan rumah tangga. Lalu saya mulai menyadari bahwa wanita seharusnya memilih jurusan kuliah yang sesuai kodratnya. Dimana, suatu saat wanita itu berumah tangga dapat melakukan dua pekerjaan dari satu tempat, yaitu rumahnya sendiri. Disana ia dapat berbakti untuk keluarga, juga dapat meniti karir impiannya.

Pekerjaan yang cocok untuk ibu rumah tangga

Beberapa pekerjaan yang saya pikir dapat menjadi jalan tengah bagi dilema wanita ini, diantaranya dokter, penulis lepas , content writer seperti saya menulis dikaskus… eh!!, penjual online, guru privat, blogger, desain grafis dan lain sebagainya. Sebab saya pikir, penting menjaga keduanya tetap seimbang antara karir dan rumah tangga. Wanita juga harus mandiri. Jika wanita terlalu tergantung pada suami, suatu saat rumah tangganya hancur (seperti yang terjadi pada banyak kasus) atau suaminya meninggal. Lalu kepada siapa wanita harus menggantungkan dirinya? Jadi, bagi saya wanita mandiri itu sebuah keharusan. Tapi, ini dapat berbeda bagi setiap orang. Dari sudut pandang saya, ini penting! 

referensi gambar

https://www.pexels.com/photo/crop-unrecognizable-housewife-adding-chopped-meat-into-bowl-with-noodles-5907920/

https://www.pexels.com/photo/multicolored-socks-drying-on-rope-with-clothespins-in-garden-4495753/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

You may also like